anggota Paskibraka,melainkan para jawara yang tergabung dalam Gerakan Moral Pelestari Silaturahmi Budaya Betawi Bekasi (GM-SPSB3),pengibaran bendera itu sekilas memang tak lazim, namun unik apabila kita melihatnya. Para jawara yang umumnya identik dengan golok, gelang bahar dan batu akik yang besar itu beramai-ramai menghadiri pengibaran bendera Merah Putih. Para pengibar yang umumnya jawara-jawara cilik dari Perguruan Silat PendekarSumur Tujuh itu dengan lihai membawakan berbagai atraksi silatnya, sambil membawa bendera Merah Putih. Menurut Guru Besar Perguruan Pendekar Sumur Tujuh, Baba Niman (63), mengatakan dalam rangka Milad Perguruan Silat Pendekar Sumur Tujuh ke-3, Perguruan Silat Pendekar Sumur Tujuh mengundang semua Perguruan Silat yang ada di Bekasi sekaligus untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan. “Dalam rangka Milad Perguruan Silat Sumur Tujuh ke-3, kita semua mengundang saudara-saudara Perguruan Silat se-Bekasi untuk bersilaturahmi untuk menyambut datang bulan suci Ramadhan,” kata Baba Niman kepada sejumlah awak media, Ahad (14/6/2015). Mengenai pengibaran bendera ala jawara, lanjut Baba Niman, pengibaran bendera itu dilakukan agar para generasi selanjutnya tidak melupakan budaya pengibaran bendera seperti ini (ala silat). “Sengaja kita lakukan, agar generasi selanjutnya tidak melupakan hal seperti ini, dan Pemerintah Daerah pun mengerti maksud dan tujuan kita,” ujar Baba Niman. Disinggung kenapa pengibaran bendera tersebut dengan silat, Baba Niman menjawab karena pihaknya mempunyai perguruan silat dan mesti pakai eksyen silat. “Kalau yang dengan Paskibraka kan sudah umum. Kita membuat sesuatu yang beda dari biasanya, supaya masyarakat luas mengetahui akan budaya kita,” jelasnya.
Sementara itu, pemimpin upacara pengibaran bendera, Mardani (38), mengatakan secara individu pengibaran bendera ini diklaim hanya ada di Perguruan Silat Pendekar Sumur Tujuh. “Insya Allah kedepanya di Gerakan Moral Silaturahmi Pelestari Budaya Betawi Bekasi (GM-SPSB3), akan ada pengibaran bendera semacam ini dari prguruan silat lain,” katanya. Kendati demikian, menurut Mardani, pihaknya membantah bahwa jika silat identik dengan berkelahi, bertanding dan hanya mengejar pretasi. “Silat itu tidak mesti identik dengan berantem, bertanding, dan mengejar pretasi saja. Tapi bisa juga kita gunakan untuk penghormatan kepada bendera Merah Putih,” tukasnya.
Terpisah, anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan (Dapil) Kota Bekasi dan Depok asal PKS, Mahfudz Abdurrahman, mengatakan dirinya sangat mengapresiasi gagasan para pelestari budaya Bekasi tersebut. Menurutnya, pengibaran bendera Merah Putih yang dilakukan oleh para jawara yang tergabung dalam Gerakan Moral Pelestari Silaturahmi Budaya Betawi Bekasi (GM-SPSB3) itu tergolong unik. “Saya dukung terobosan para Jawara Betawi yang bisa mengembangkan silatnya untuk upacara pengibaran bendera, unik dan sarat akan budaya,” terangnya. Anggota Komisi V ini menuturkan, kemajuan dan perkembangan yang pesat pada budaya Betawi Bekasi harus diimbangi dengan rasa kekompakan. “Satu Hati, Satu Suara, Satu Tujuan, sesuai motto GMSPB3, dan saya sangat mendukung upaya kemajuan dan pelestarian budaya Betawi Bekasi ini,” ucap Mahfudz bangga. Mahfudz pun sangat berbangga dengan Pelestari Budaya Betawi Bekasi dalam hal pelestarian berbagai budaya terutama budaya Betawi Bekasi. “Semangat dan maju terus untuk para pelestari budaya Betawi Bekasi,” pungkasnya.
Sumber : suarabekasi.com wajahbekasi.com